Thursday 7 June 2018

Contoh Resensi Kitab Tafsir Wal Mufassirun, Karya Dr. Muhammad Husain adz-dzahabi

Tags

Resensi kitab Tafsir wal-Mufassirun

Judul Kitab   : Al-Tafsir walMufassirun
Pengarang : Dr. Muhammad Husainal-Dzahabi
Penerbit         : Dar al-Hadis
Cetakan ke   : Pertama
Jumlah Juz   : 3
Jumlah Halaman   : 1432 Halaman
Tahun Terbit : 2012 M
ISBN              : 977-300-123-7

Tragedi bom bunuh diri yang sempat mengguncang kota Surabaya kemarin adalah buah darikedangkalan para boombertentang makna jihad dalam al-Quran . Mereka banyak mengonsumsi paham-paham yang ditelurkan dari manhaj yang salah dan banyak ditulis oleh orang-orang yang tidak memiliki cukup perangkat dalam memahami al-Quran dengan metodologi yang telah diajarkan para Ulama’.

Mungkin hal itu wajar, sebab ditengah-tengah kita saat ini banyak sekali kitab tafsir berserakan dari beragam aliran, mulai dari yang ekstrem hingga moderat. Tercatat ada 100 lebih kitab  tafsir al-Quran yang tercetak dan didistribusikan ke berbagai daerah. Angka ini belum termasuk kitab tafsir yang berbentuk softcopy. Tentu hal ini akan mempersulit bagi mereka yang ingin memahami agama untuk menentukan tafsir apa yang layak dijadikan rujukan dan dijadikan konsumsi sehingga tidak terjerat gagal paham seperti para boomber Surabaya. Tanpa adanya sebuah peta, maka sangat rentan sekali seseorang akan tersesat tanpa sadar akibat membaca tafsir-tafsir yang tidak sejalan dengan haluan Ahlussunnah wal Jama’ah.

Kitab ini berusaha menyajikan sebuah pembahasan yang cukup komprehensif dan layak menjadi peta bagi para pelajar yang ingin menggeluti dunia tafsir al-Quran, sehingga mereka bisa membedakan corak setiap tafsir yang pada akhirnya ia tidak salah pilih rujukan dalam memahami agamanya.

Kitab ini merupakan disertasi doktoral yang ditulis oleh Dr. Muhammad Husain al-Dzahabi; seorang ulama’ yang mumpuni dalam bidang tafsir, orator ulung nan handal dan guru ahli di bidangnya. Dalam catatan sejarah beliau dilahirkan di desa Muthubis, sebuah desa yang terletak di kota  Kifir pada 19 Oktober 1915 M atau bertepatan dengan tanggal 09 Dzulhijjah 1333 H.
Contoh Resensi Kitab Tafsir Wal Mufassirun, Karya Dr. Muhammad Husain adz-dzahabi

Karya Dr. Muhammad al-Dzahabi ini merupakan kitab pertama yang mampu menganalisis metodologi-metodologi para mufassir era sahabat hingga mufassir kontemporer dengan cermat dan lengkap. Tidak hanya itu, kitab ini juga menyinggung kronologi masuknya riwayat-riwayat israiliyyat dalam khazanah keilmuan Islam serta dampak-dampaknya. Beliau menilai,  tindakan para mufassir dalam menyisipkan riwayat isriliyyat dalam tafsirnya adalah tindakan yang seharusnya tidak dilakukan. Sebab ia hanya menjadi duri yang bisa melukai cara pandang orang yang ingin masuk dalam dunia tafsir. Sebab, riwayat israiliyyat itu tidak hanya berhenti seperti apa yang ada pada masa sahabat, lebih dari itu. Bahkan cenderung disusupi cerita-cerita fiksi yang tidak memiliki acuan hukum dalam Islam.

Dr. Muhammad Husain al-Dzahabi mengawali kitab ini dengan muqodimah yang memuat 3 pembahasan.Pertama,makna tafsir dan takwil serta perbedaan kedua istilah ini. Kedua, menafsiri al-Quran dengan bahasa asing atau lebih dikenal dengan tarjamah tafsiriyyah. Ketiga, silang pendapat para ulama mengenai tafsir; apakah ia masuk kategori tashawwur atau tashdiq. 

Selanjutnya mushonnif membagi kitab ini menjadi 3 bab yang masing-masing bab memuat 4 pasal, kecuali bab terakhir terdiri dari 8 pasal.
Pada Bab pertama, mushonnif berusaha mengkaji wajah tafsir di masa-masa awal, bagaimana Rasulullah SAW dan sahabat memahami al-Quran, siapa saja sahabat yang memiliki kredibilitas tinggi dalam bidang tafsir serta keistimewaan tafsir pada masa sahabat. Tidak hanya itu, Dr. Muhammad Husain al-Dzahabi juga menampilkanserangan opini dari kaum orientalis semacam Ignaz Goldziher, seorang orientalis pertama yang menyusupkan keraguan di hati umat Islam pada ajaran agamanya. Dalam pandangan Goldziher, Ibnu Abbas sangat keterlaluan dalam menerima  riwayat dari ahli kitab dan hal ini sangat tidak sesuai dengan pesan Nabi terkait konsep bagaimana umat Islam menerima informasi dari ahli kitab. Ia berdalih kepada sebuah hadis yang mengatakan bahwa jangan percaya ahli kitab, juga jangan dustakan mereka. Namun semua itu dibantah habis oleh Dr. Muhammad Husain al-Dzahabi dengan jawaban yang cermat dan ilmiah. Dari sini dapat kita baca bahwa Dr. Muhammad Husain al-Dzahabi adalah sosok ulama’ yang sangat getol dalam menjaga ajaran agamanya.

Pada Bab selanjutnya, mushonnif mulai beranjak pada corak tafsir yang lebih modern, yakni era tabiin. Pada ini, mushonnif mengurai tentang perjalanan tafsir dimasa tabiin yang berawal dari madrasah-madrasah yang dibabat oleh para sahabat. Sehingga terbentuklah tiga madrasah besar yang berlokasi di Makkah, Madinah dan Iraq. Dari madrasah-madrasah itukah mufassir seperti Mujahid Atha’ bin Abi Rabah, Zaid bin Aslam dan Hasan al-Bashri dilahirkan. Lebih lanjut mushonnif juga menyinggung nilai tafsir bil ma’stur yang datang dari tabiin. 

Pada Bab terakhir, mushonnif menampilkan data fakta sejarah kodifikasi tafsir yang terbilang rumit. Baru setelah itu mushonnifmulai memetakan aneka ragam tafsir dan coraknya serta metodologi yang dipakai oleh  setiap mufassir dalam menulis karya-karyanya. Pemetaan itu meliputi tafsir bil-Ma’stur, tafsir bil-Ra’yi al-mahmud dan tafsir bil-ra’yi al-madzmum. 

Dalam pemetaan itu, mushonnif menampilkan tafsir-tafsir primer dalam setiap kategori. Semisal tafsir Jami’ al-Bayan fi tafsir al-Aquran karya Ibnu Jarir al-Thabari. Sebuah kitab tafsir bil-ma’sturyang menjadi induk bagi kitab tafsir yang ada. Tafsir Mafatih al-Ghaib karya dari seorang filsuf muslim ternama yakni Fakhruddin al-Razi, yakni sebuah tafsir bil-Ra’yial-mahmud yang sangat kental dengan nuansa filsafat Islam. Kitab tafsir al-Kasysyaf an Haqaiq al-Tanzil wa Uyun al-Aqawil fi Wujuhi al-ta’wil karya al-Zamakhsyari seorang tokoh Muktazilah ternama di masanya.

Kemudian pada bagian penutup atau Khotimah, mushonnif mengkaji warna-warna tafsir yang sedang berkembang di era kontemporer belakangan ini dan lebih menekankan pada warna-warna tafsir yang dianggap paling penting untuk dikaji dan dipelajari oleh mereka yang ingin menggeluti dalam bidang ini, seperti, al-Laun al-Ilmi, al-Laun al-Hadis, al-Laun al-Madzhabi dan al-Laun al-Adabi wal Ijtima’i.

Kelebihan kitab tafsir waal-Muafssirun:
1. Metodologi kajian yang sistematis 
2. Merangkum hampir semua corak-corak tafsir
3. Mencounter wacana-wacana menyimpang
4. Bahasa yang mudah dipahami namun berbobot
5. Kaya refrensi

Artikel Terkait

1 komentar so far

brp harga kitab ini semuanya?


EmoticonEmoticon